ULASAN BUKU KI HADJAR DEWANTARA [#14]

: March 17, 2019


KI HADJAR DEWANTARA JILID I 
BAB I PENDIDIKAN [#14]
Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka


: Konvergensi


KHD berpendapat, konvergensi berarti datang berkumpulnya aliran-aliran yang sungguhpun pada permulaannya berlainan asas, dasar serta tujuan, akan tetapi karena aliran-aliran itu bersama-sama menempati alam serta zaman yang satu, lambat laun terpaksalah saling mendekati untuk berkumpul kelaknya, di mana telah nampak ada kepentingan-kepentingan bersama.

Hidup dan penghidupan manusia di seluruh dunia terbagi-bagi secara bentuk dan sifatnya. Serta merupakan bangsa-bangsa yang heterogen menurut kodrat alam. Namun semakin tinggi drajat kemanusiaan atau semakin cerdas budi masing-masing bangsa, maka semakin berdekatanlah sifat masyarakatnya,  makin dekat pula sifat dan bentuk dari hidup serta penghidupannya.

Dalam soal pendidikan dan pengajaran, masing-masing bangsa sedunia memiliki asas, dasar, dan tujuan yang melekat pada kepentingan kebangsaannya sendiri. Akan tetapi dalam soal itu, tiap-tiap bangsa mengakui adanya kepentingan-kepentingan pendidikan serta pengajaran yang sama.

Bagi KHD, sifat konvergen bukanlah hal yang buruk, namun harus bisa menginsyafi batas-batas nasional dengan yang kolonial. Alam nasional berarti bahwa kita mempunyai kepentingan yang bukan kepentingan bangsa lain. Alam kolonial yaitu masyarakat dari mereka yang takluk sepenuhnya pada syarat-syarat yang diadakan oleh pihak penguasa dan orang barat dalam umumnya. Dua alam itu berbeda pada tempat dan jaman yang sama, hingga kita harus awas untuk dapat menetapkan batas-batasnya dari apa yang harus kita kejar sendirian dan mana yang boleh kita lakukan bersama-sama pihak kolonial.

Pandangan KHD tentang konvergensi pada masa kolonial ada kemiripan dengan saat sekarang. Saat ini bangsa Indonesia sudah merdeka, dan memiliki kedaulatan. Pergaulan internasional sudah masuk pada era globalisasi, pertemuan-pertemuan segala bentuk kebudayaan. Menyikapi hal tersebut, kita harus mampu memilih dan memilah, mana yang sesuai dengan kebutuhan bangsa. Jangan sampai ikut terbawa arus.

Revolusi industri 04 saat ini nampaknya menjadi satu titik pertemuan konvergensi. Ditandai dengan efisiensi dan otomasi teknologi mutakhir. Bangsa-bangsa berlomba dalam menyesuaikan pengetahuan teknologi, terutama wilayah industri. 

Kemajuan teknologi dalam sistem transportasi, telekomunikasi, dan penelitian berdampak pada pergesaran paradigma industri, budaya, dan sosial. Matinya beberapa profesi dan lahirnya profesi pekerjaan baru. Misal pedagang bensin botol eceran, tergantikan pom mini rumahan. Munculnya fenomena sosial yang bermula dari media sosial, semisal melakukan aksi challenge. Masifnya bahasa sarkastik dan hiperrealitas media.

Teknologi selain menjanjikan kemudahan juga membawa dampak yang signifakan bagi hidup dan penghidupan manusia. Mau tak mau, manusia tidak boleh kalah dengan teknologi. Di wilayah industri, manusia mulai tergantikan oleh mesin. Mesin unggul dalam hal pekerjaan efektivitas dan efisiensi, mereka tidak bisa lelah dan mengeluh, beda dengan manusia. Namun mesin tidak mampu menciptakan budaya, hanya manusia dengan bekal kreativitasnya yang mampu melakukannya. Manusia memiliki kemampuan luhur dalam hal rasa, karsa, dan cipta. Walaupun teknologi komputasi saat ini menggunakan internet of things, data of things, atau artifisial inteligent, tetap saja mereka tidak mpu mengalahkan kemampuan luhur manusia. Tahap lanjut dari revolusi kognitif manusia adalah revolusi akal budi.

Konvergensi pendidikan kita saat ini sedang gegap gempita menghadapi revolusi industri 04. Kurikulum dipaksa harus bisa beradaptasi dengan teknologi. Komputasi ujian, materi pembelajaran, dan rapor mulai digalakan secara digital. Perguruan tinggi mulai mengarahkan orientasi pada produktivitas industri. 

Kita semakin kehilangan tujuan pendidikan. Jauh berbeda dengan konsep pendidikan KHD yang menekankan pada kehalusan budi, intelektualitas, dan kemampuan fisik. Orintasi pendidikan kita saat ini lebih menekankan pada intelektualitas.

Kemajuan zaman ialah hal yang tidak mungkin ditolak, namun juga tidak bisa dimakan mentah-mentah. Kita harus mampu menyesuaikannya dengan kepribadian kita. Di dalam keadaan yang tunggal-misah ini, (kadang bersatu, kadang berpisah), tidak baik jika pendidikan dan pengajaran terus bersifat geisoleerd, (terasing), karena akan dapat menimbulkan rasa harga diri rendah, atau mengurangi kecakapan hidup anak-anak kita.

Agar tidak terasing dari jati diri bangsa dan pergaulan internasional, KHD menyampaikan sebuah konklusi: mulailah dengan pendidikan dan pengajaran kebangsaan semurni-murni mungkin; lambat laun akan mengikuti jiwa anak-anak, yang dengan sendirinya makin lama makin luas alamnya, hibgga kelak akan mendekati alam yang lebih luas daripada alam kebangsaannya sendiri; disitulah waktunya anak-anak kita menjadi dewasa dan dapat berdiri sebagai manusia berjajar dengan lain-lain manusia diseluruh dunia, tidak mengandung perasaan asing, tidak merasa berderajat rendah, atau mengalami inferioritas karena krisis jati diri. Wallohua'lam.




17 Maret 2019