ULASAN BUKU KI HADJAR DEWANTARA [#28]

: March 31, 2019


KI HADJAR DEWANTARA JILID I 
BAB II POLITIK PENDIDIKAN [#28]
Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka


: Penghargaan Terhadap Perguruan Partikelir


Judul tersebut merupakan judul artikel KHD dari majalah Asia Raya 27 Maret 1943. Artikel tersebut berisi ungkapan kegembiraan KHD atas turunnya surat dari Kantor Pengajaran Jakarta 13 Maret 1943. Surat tersebut berisi tentang keputusan untuk menyetarakan ijazah lulusan SMP Taman Siswa dan SMP Muhammadiyah dengan SMP Negeri.

Surat keputusan tersebut merupakan hasil lobi oleh utusan Majelis Luhur Taman Siswa. Yaitu tuan Suwandhi, Sudarminta, dan Sukemi. Pembicaraan pada saat itu berlangsung sangat memuaskan, karena respon yang ditujukan positif. Kantor Pengajaran sungguh-sungguh menghargai sekolah partikelir (non pemerintah atau swasta). Dalam pembicaraan tersebut, Majelis Luhur Taman Siswa juga membicarakan kepentingan sekolah-sekolah partikelir lainya, dan kepentingan pendidikan dan pengajaran dalam umumnya.

Pembicaraan tersebut juga menghasilkan penyetaraan ijazah sekolah rakyat partikelir, sehingga murid-murid sekolah partikelir yang tamat belajar dengan mendapat ijazah bisa ujian memasuki SMP kepunyaan negeri.

Posisi tawar seperti ini tentu tidak akan diluluskan oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Perguruan-perguruan partikelir di masa kolonial dianggap sebagai sekolah liar. Membahayakan pemerintahan. Sehingga sekolah-sekolah tersebut tidak mendapatkan perlindungan pemerintah, bahkan dianggap sebagai lawan yang berbahaya.

Walaupun demikian keadaannya, tak putus-putuslah usaha kaum kebangsaan mendirikan dan memelihara perguruan yang berdasar kerakyatan, atas dasar keyakinan bahwa pemerintah Belanda tidak sanggup memberi pengajaran kepada rakyat selain pengajaran berdasar kolonial, yakni yang semata-mata hanya menguntungkan bangsa Eropa dalam umumnya dan Belanda khususnya.

Pada kondisi tersebut, ijazah-ijazah keluaran sekolah pertikelir tidak diakui pemerintah kolonial. Sehingga lulusan-lulusannya tidak bisa melanjutkan ke sekolah negeri dan daftar kerja dalam jabatan negeri. Namun, semangat perjuangan kaum pendidik tidak surut. Perguruan kebangsaan mendapat pengakuan dari dunia internasional. Banyak perguruan partikelir yang memiliki persambungan deng Jepang, India, Filipina, dll. Suatu misal persambungan Taman Siswa dengan Shanti Niketan Tagore di India. Tagore menganggap bahwa wilde school, atau sekolah liar tak nampak kebuasannya, yang ada hanyalah sekolah atas dasar kemanusiaan.

KHD merupakan sosok yang dinamis. Hal itu terlihat melaului pembacaan ya terhadap zaman. Beliau menyadari zaman selalu bergerak, materi-materi selalu berubah. Semangat perjuangannya dalam menuntut hak pendidikan rakyat menemui hasil saat pemerintahan Hindia-Belanda runtuh. KHD selalu memiliki posisi tawar yang kuat, dan targetan kemenangan yang jelas. Politik persahabatan dari Jepang terbaca sebagai peluang. Menyatukan lapisan atas dan bawah, dengan tujuan rakyat harus terdidik dan terorganisir. Pendidikan akan mengantarkan pada kemerdekaan dan kemajuan bangsa. 



31 Maret 2019