KI HADJAR DEWANTARA JILID I
BAB II POLITIK PENDIDIKAN [#33]
Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka
: Mengelola Perasaan
Judul tersebut memang
tidak sambung dengan tema Buku KHD. Terus terang hari ini saya merasa badmood.
Sulit memunculkan inspirasi dalam menulis. Bagi saya, menulis rutin semacam ini
adalah tantangan. Mengukur sekuat apa tekad diri.
Akibat telah menulis
33 hari berturut-turut, saya seperti mengalami sakaw. Hari ini sebenarnya ada
keinginan istirahat menulis. Mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Namun yang
terjadi malah gelisah. Ada perasaan
kehilangan. Sulit dijelaskan. Mata sudah terpejam, tapi seperti ada yang
menagih di pikiran.
Menurut angan-angan
saya, ini adalah akibat. Tubuh sudah mulai terbentuk mekanisme baru. Terbiasa
melakukan hal rutin. Kebiasaan yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Mirip
seperti kebiasaan buang air di pagi hari. Selalu menagih.
Saat menulis ini saya
sempat berpikir ingin mengeluarkan unek-unek. Seputar masalah-masalah yang
membuat saya mual. Tapi ya malulah, nanti kesannya malah kaya anak labil.
Sebenarnya menulis bermanfaat sebagai sarana melepaskan rasa kesal dan pengendalian
diri. Ini yang saya alami.
Rumusnya sederhana,
menulis bisa menjadi sarana pengalihan perasaan. Ketika ada perasaan-perasaan
yang membuat malas, jengah, muak, galau, atau apalah itu, maka menulis akan
menjadi obat. Perasaan badmood akan
kembali menjadi tawar saat energi tersalurkan melalui menulis. Begitulah.
Sebenarnya saya ragu
untuk membagikan tulisan ini. Sama sekali tidak ada konsepan. Saya menulis seri
33 ini mengikuti apa yang terlintas di kepala saja. Nah, biar sedikit nyambung
dengan tema politik pendidikan, ada hal yang bisa diotak-atik gatuk.
Politik adalah
persoalan mengelola, mengatur, dan menyiasati sesuatu, terkadang harus ada
sedikit paksaan dan juga mengikuti kodrat keadaan. Upaya saya rutin menulis
bisa dikatakan sebagai politik saya dalam mendidik tubuh. Pada titik tertentu
akan terbentuk mekanisme, yang bila tidak dituruti akan menimbulkan
ketidakstabilan, nah inilah waktunya menuruti apa kemauan tubuh. Politik juga
bisa dikaitkan dengan kuasa. Kuasa dalam memimpin diri agar bisa mandiri dan
tidak menyusahkan negara. Loh.
5 April 2019